“Anak-anakku, pada pelajaran IPS hari ini kita akan laksanakan dengan bermain bersama”. “Asyiiik….” Begitulah suasana kamis (03/05) pagi di kelas 2A MIM Karanganyar. Pada materi terakhir di pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas 2 membahas tentang kerjasama. Sengaja saya ajak anak-anak bermain dengan tujuan untuk memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik tentang bagaimana cara melaksanakan kerjasama.
Tak mudah memang mengajarkan kerjasama kepada anak, terlebih saat dia masih berada pada masa egosentris, di mana anak masih sangat mementingkan dirinya sendiri. Tapi jangan khawatir, asal dibiasakan sejak dini kemampuan bekerjasama pun akan tumbuh dengan sendirinya. Seperti apa caranya? Farah Farida Tantiani, M.Psi dan Dra. Sofia Hartati, M.Si, akan menjelaskannya!
Latih sejak dini
Kerjasama adalah saling membantu, saling membutuhkan dalam melakukan sesuatu untuk tujuan bersama. Bekerjasama merupakan perilaku Emotional Intelligence (EQ) yang tinggi, karena anak memahami perasaan orang lain dan berusaha untuk membina hubungan baik dengan pihak lain. Namun, bukan berarti kemampuan bekerjasama akan tumbuh dengan sendirinya saat anak dewasa kelak. Bekerjasama haruslah dipupuk sejak dini. Karena, bila sewaktu kecil anak sudah (dibiarkan) menjadi pribadi yang individualis, bukan tidak mungkin saat besar nanti dia akan sulit bekerjasama dengan orang lain.
Sebenarnya potensi kemampuan bersosialisasi yang merupakan cikal bakal kerjasama, sudah ada sejak anak itu lahir. Hanya saja, potensi tersebut harus dikembangkan sejak dini agar bisa muncul pada diri anak. Mengenai kapan tepatnya anak diajarkan kerjasama adalah ketika anak mulai dapat bermain dengan teman sebaya dalam kelompoknya.
Dari hal sederhana
Read the rest of this entry →