Category Archives: 2010-2011 (Kelas 2B MIM Karanganyar)

Outing Class Lagi (dan Lagi)

Standar

Pada Kamis (19/10) anak-anak kelas 2A MIM Karanganyar kembali melaksanakan kegiatan belajar mengajar di luar kelas (outing class). Kegiatan outing class yang dikemas dalam bentuk field trip ini di diadakan di Taman Satwa Taru Jurug Surakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk mendekatkan siswa dengan sumber belajar yang sebenarnya. Ā Adapun sumber belajar dimaksud adalah hewan dan tumbuhan koleksi Taman Satwa Taru Jurug Surakarta.


Di Jurug anak-anak melihat secara dekat dan berinteraksi secara langsung dengan sumber belajar. Kita tahu bahwa sudah menjadi tren, kegiatan belajar mengajar luar kelas dijadikan sebagai alternative baru dalam meningkatkan pengetahuan dalam pencapaian kualitas pembelajaran. Alam sebagai media pendidikan adalah suatu sarana efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan pola pikir serta sikap mental positif peserta didik. Konsep belajar dari alam adalah mengamati fenomena secara nyata dari lingkungan dan memanfaatkan apa yang tersedia di alam sebagai sumber belajar.

Apa itu Belajar di Luar Kelas?
Belajar di luar kelas merupakan aktivitas luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas/sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti: bermain di lingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian/nelayan, berkemah dan kegiatan yang bersifat kepetualangan, serta pengembangan aspek pengetahuan yang relevan (Arief Komarudin, 2007). Pendidikan luar kelas tidak sekedar memindahkan pelajaran ke luar kelas, tetapi dilakukan dengan mengajak siswa menyatu dengan alam dan melakukan beberapa aktivitas yang mengarah pada terwujudnya perubahan perilaku siswa terhadap lingkungan melalui tahap-tahap penyadaran, pengertian, perhatian, tanggungjawab dan aksi atau tingkah laku. Aktivitas luar kelas dapat berupa permainan, cerita, olahraga, eksperimen, perlombaan, mengenal kasus-kasus lingkungan di sekitarnya dan diskusi penggalian solusi, aksi lingkungan, dan jelajah lingkungan (Vincencia S, 2006).
Pendidikan luar kelas diartikan sebagai pendidikan yang berlangsung di luar kelas yang melibatkan pengalaman yang membutuhkan partisipasi siswa untuk mengikuti tantangan petualangan yang menjadi dasar dari aktivitas luar kelas seperti hiking, mendaki gunung atau kamping. Pendidikan luar kelas mengandung filosofi, teori dan praktis dari pengalaman dan pendidikan lingkungan.

Apa Tujuan Belajar di Luar Kelas?

Pendidikan luar kelas bertujuan agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan dan alam sekitar dan mengetahui pentingnya keterampilan hidup dan pengalaman hidup di lingkungan dan alam sekitar, dan memiliki memiliki apresiasi terhadap lingkungan dan alam sekitar
Pendekatan Out-door learning menggunakan setting alam terbuka sebagai sarana. Proses pembelajaran menggunakan alam sebagai media dipandang sangat efektif dalam knowledge management dimana setiap orang akan dapat merasakan, melihat langsung bahkan dapat melakukannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan berdasarkan pengalaman di alam dapat dirasakan, diterjemahkan, dikembangkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Pendekatan ini mengasah aktivitas fisik dan sosial anak dimana anak akan lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang secara tidak langsung melibatkan kerjasama antar teman dan kemampuan berkreasi. Aktivitas ini akan memunculkan proses komunikasi, pemecahan masalah, kreativitas, pengambilan keputusan, saling memahami, dan menghargai perbedaan (Disarikan dari beberapa sumber. Bersambung).

Alhamdulillah, Aku Naik Kelas. Saatnya Piknik….

Standar

Grojogan Sewu dan Pasar Wisata Tawangmangu Karanganyar adalah tujuan piknik perpisahan akhir tahun ajaran 2010/2011 ini. Di Grojogan Sewu anak-anak melaksanakan out bound (flying fox, menyeberang jembatan goyang, game kerjasama dan mandi di Grojogan, hehehe). Di Pasar Wisata Tawang Mangu mereka belanja berbagai macam sayur dan buah-buahan. Berikut keceriaan yang tergambar dari wajah-wajah mereka.

Ā 

Celenganku Sudah Penuh….

Standar

Menjelang akhir tahun ajaran 2010/2011 anak-anak kelas 2B mempunyai kegiatan yang sangat membahagiakan. Apakah itu? Ya, kegiatan yang ditunggu-tunggu anak-anak kelas 2B setahun terakhir adalah membuka celengan. Setahun terakhir? Ya, karena program menabung di celengan tersebut dimulai sejak awal tahun ajaran baru 2010/2011 yang lalu. Berikut ini adalah hasil jepretan kamera yang menggambarkan kebahagiaan mereka. Oiya, setelah mereka membuka celengan, dengan uang tabungan tersebut mereka mengumpulkan uang untuk iuran kegiatan perpisahan di akhir tahun ajaran.

Memanfaatkan Komputer Bukan Hanya Untuk Pengganti Papan Tulis

Standar

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah tantangan tersendiri bagi pendidik. Bagaimana kita sebagai pendidik dapat mengakomodir kebutuhan siswa terkait dengan kecakapan memanfaatkan teknologi dengan benar. Sudah saatnya guru masa kini berada di depan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar. Sudah saatnya para pendidik mulai membawa perangkat TIK (Teknologi Informasi dan Informasi) yang dimilikinya kedalam kelas untuk mendukung kegiatan pembelajaran.

Saat ini mungkin juga beberapa diantara teman-teman pendidik sudah melaksanakan hal ini. Namun sebagaian besar dari kita mungkin hanya memanfaatkan perangkat TIK tersebut sebagai perangkat presentasi pengganti papan tulis yang arahnya hanya satu arah saja, tidak lebih dari itu.

Dengan hanya menjadikan perangkat TIK sebagai media presentasi satu arah, misalnya untuk menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas saja maka pemanfaatan TIK tersebut tidak akan membawa manfaat lebih kepada para siswa. Padahal dengan kreatifitas, sebagai seorang didik kita dapat memanfaatkan TIK yang ada untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas.

Tidak semua pemanfaatan TIK di dalam kelas menjadi efektif untuk mendukung peningkatan kualitas pembelajaran. Terdapat beberapa hal yang dapat membuat TIK menjadi efektif ketika dibawa kedalam kelas yaitu ketika TIK digunakan di kelas untuk : (1) Mendukung tercapainya tujuan pembelajaran, (2) Melatih kecakapan media dan informasi sebagai kebutuhan abad ke-21, (3) Menciptakan suasana kelas aktif dan menyenangkan, (4) Menyampaikan pembelajaran bermakna, (4) Memberikan ruang akses kepada siswa untuk bereksplorasi dan berkreatifitas, (5) Berlatih menyelesaikan permasalahan sehari-hari, (6) Melatih kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi dan bekerja sama dalam kelompok, dan (7) Membawa siswa ke tingkat pemikiran yang lebih tinggi.

Selain hal-hal diatas tentu masih banyak hal lain yang belum dituliskan. Tentu saja hal diatas dapat juga dilakukan dengan perangkat lainnya (selain TIK). Perlu diingat bahwa TIK hanyalah sebuah media dan perangkat pembelajaran, sama dengan papan tulis, kertas dan spidol. Hanya lewat kreatifitaslah para pendidik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Jadi semua kembali pada pengembangan skenario pembelajaran yang dikembangkan oleh para pendidik, bukan pada teknologinya saja.

Sebagai penutup, sempuran TIK sepertinya, mau tidak mau akan tetap datang di lingkungan kita dan anak didik, bahkan sekarangpun gelombang tersebut telah berada di tengah-tengah kita. Mari kita persiapkan anak didik kita untuk menghadapi masa depan, mulai sekarang bukan nanti! Selamat mencoba!. (Disarikan dari beberapa sumber)

Kelas 2B Rutin Laksanakan Sholat Dhuha

Standar

Kelas 2B setiap hari kamis melaksanakan sholat dhuha di Masjid Darul Hikam MIM Karanganyar. Pelaksanaan kegiatan sholat dhuha ini bertujuan untuk mengenalkan pelaksanaan ibadah sholat dan menanamkan kecintaan untuk menjaga sholat kepada peserta didik. Berbeda dengan pelaksanaan sholat dhuhur yang dilaksanakan secara berjamaah setiap hari, sholat dhuha ini dilaksanakan seminggu sekali.

Pembelajaran Kolaboratif dan Pembelajaran Konvensional, Apa Bedanya? (Sebuah Keterangan Singkat)

Standar

Unsur-unsur pembelajaran kolaboratif adalah suatu filsafat pengajaran, bukan serangkaian teknik untuk mengurangi tugas guru dan mengalihkan tugas-tugasnya kepada para siswa. Hal terakhir ini perlu ditekankan karena mungkin begitulah kesan banyak orang tentang pembelajaran kolaboratif. Mereka merasa bahwa tidak ada yang dapat menandingi pembelajaran konvensional, yang menempatkan guru sebagai satu-satunya pemegang otoritas pembelajaran di kelasnya.

Meskipun demikian, tidak ada maksud untuk meremehkan seluruh metode pembelajaran konvensional (tradisional). Namun, pembelajaran konvensional kurang efektif untuk menumbuhkembangkan minat belajar siswa terhadap bahan-bahan pembelajaran. Mungkin saja para siswa mempelajari lebih banyak materi pelajaran dalam pembelajaran konvensional, tetapi mungkin pula mereka akan segera melupakannya jika tidak terinternalisasi dalam perubahan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang dipelajari.

Secara singkat, pembelajaran kolaboratif dapat didefinisikan sebagai filsafat pembelajaran yang memudahkan para siswa bekerjasama, saling membina, belajar dan berubah bersama, serta maju bersama pula. Inilah filsafat yang dibutuhkan dunia global saat ini. Bila orang-orang yang berbeda dapat belajar untuk bekerjasama di dalam kelas, di kemudian hari mereka lebih dapat diharapkan untuk menjadi warganegara yang lebih baik bagi bangsa dan negaranya, bahkan bagi seluruh dunia. Akan lebih mudah bagi mereka untuk berinteraksi secara positif dengan orang-orang yang berbeda pola pikirnya, bukan hanya dalam skala lokal, melainkan juga dalam skala nasional bahkan global.

Selanjutnya, apa bedanya pembelajaran kolaboratif dan kooperati? Pembelajaran kolaboratif lebih daripada sekadar kooperatif. Jika pembelajaran kooperatif merupakan teknik untuk mencapai hasil tertentu secara lebih cepat, lebih baik, setiap orang mengerjakan bagian yang lebih sedikit dibandingkan jika semua dikerjakannya sendiri, maka pembelajaran kolaboratif mencakup keseluruhan proses pembelajaran, siswa saling mengajar sesamanya. Bahkan bukan tidak mungkin, ada kalanya siswa mengajar gurunya juga.

Pembelajaran kolaboratif memudahkan para siswa belajar dan bekerja bersama, saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara kelompok maupun individu. Berbeda dengan pembelajaran konvensional, tekanan utama pembelajaran kolaboratif maupun kooperatif adalah ā€œbelajar bersamaā€.

Tetapi, dalam perspektif ini tidak semua ā€œbelajar bersamaā€ dapat digolongkan sebagai belajar kooperatif, apalagi kolaboratif. Bila para siswa di dalam suatu kelompok tidak saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara kelompok maupun individu, kelompok itu tak dapat digolongkan sebagai kelompok pembelajaran kolaboratif. Kelompok itu mungkin merupakan kelompok pembelajaran kooperatif atau bahkan sekadar belajar bersama-sama.

Inti pembelajaran kolaboratif adalah bahwa para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Antaranggota kelompok saling belajar dan membelajarkan untuk mencapai tujuan bersama. Keberhasilan kelompok adalah keberhasilan individu dan demikian pula sebaliknya. Selamat mencoba. (Disarikan dari beberapa sumber)

Bagaimana Mengoptimalkan Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar? (Bagian 2)

Standar

Sudah menjadi agenda, setiap semester anak-anak kelas 2B melaksanakan kegiatan field trip atau kegiatan outing class. Kegiatan ini bukan sekedar kegiatan di luar kelas dalam rangka tamasya saja namunĀ  lebih dari itu, field trip ini merupakan salah satu teknik pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.

Kita mengenal beberapa teknik lain dalam menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Teknik tersebut adalah:

(1) Melakukan survei, yakni siswa mengunjungi lingkungan secara langsung, seperti masyarakat setempat di mana siswaĀ  berada, sebagai contohnya adalah ketika siswa mempelajari proses hubungan sosial di masyarakat (tata kerja aparat desa, RW, RT), budaya, ekonomi, kependudukan, dan lain-lain. Kegiatan belajarnya adalah melalui observasi, wawancara, mempelajari data dan dokumen, dan sebagainya.

(2) Field trip atau karyawisata, yaitu melakukan kunjungan terhadap objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler sekolah. Karyawisata dilakukan di bawah bimbingan guru dengan membuat perencanaan yang matang terlebih dahulu, perumusan tujuan dan tugas yang harus dilakukan, misalnya mengunjungi pabrik, perkebunan,museum, dan sebagainya. Dalam menggunakan karyawisata perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) Tujuan harus jelas dan rencana cermat dan matang. (b) Anak didik mempelajari segala sesuatu yang akan dikunjungi tersebut. (c) Anak didik dapat melihat hubungan karyawisata dengan apa yang mereka pelajari. (d) Anak didik mengerti apa tujuan yang akan dicapai dari karyawisata, dan apa yang diharapkan dari masing-masing mereka sekembalinya dari karyawisata supaya dapat membuat perencanaan yang lebih matang. (e) Setiap kegiatan karyawisata didiskusikan dan dinilai. (f) Anak didik diminta untuk membuat laporan. (g) Diusahakan jangan sampai terlalu banyak mengganggu bidang studi lainnya.

(3) Kemping atau Perkemahan Sekolah. Kemah ini cocok untuk mempalajari alam sekitar (ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social dan pendidikan kewarganegaraan) yang dapat menimbulkan rasa kagum siswa terhadap keindahan alam sebagai ciptaan Tuhan dan dapat menimbulkan rasa dekat dengan Tuhan pencipta alam semesta, memupuk rasa tanggung jawab, jiwa gotong-royong, dan perasaan sosial. Perkemahan sekolah merupakan teknik pendidikan dan pembinaan praktis untuk pembentukan kepribadian dan budi luhur, dan berjiwa sosial serta bertanggung jawab atas tugas yang diemban. Sekolah tidaklah harus dijadikan sebagai penjara bagi peserta didiknya, dimana siswa datang untuk belajar dari pagi sampai siang hari dalam ruangan yang tertutup (kelas). Kondisi yang seperti ini, disamping tidak memberikan pengalaman praktis sebagai misi pendidikan yang harus mengajarkan hidup bermasyarakat (learning to life to gather) sebagai bentuk konfigurasi antara teori yang diajarkan dengan kenyataan sosial di sekitarnya.

(4) Dengan cara mengundang nara sumber ke sekolah, seperti dokter untuk memberikan penyuluhan kesehatan, penegak hukum untuk menjelaskan tentang aturan-aturan hukum dan sanksinya, kiyai untuk memberikan pendalaman materi keagamaan (spiritual), dan lain-lain.

(5) Dengan cara melakukan proyek layanan dan pengabdian masyarakat, seperti kegiatan baksos, penyuluhan, dan kegiatan lain yang dibutuhkan masyarakat.

Semua yang telah disebutkan diatas, intinya adalah pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Sebagai penutup, kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses yang tidak cukup hanya belajar dari dalam ruangan kelas semata, namun peserta didik juga harus dapat berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya sehingga peserta didik tidakĀ  merasa asing dengan lingkungan sekitarnya. (Disarikan dari beberapa sumber)